Matahari - Kejora
"Bahkan Langit dan Bumi pun bisa bersatu di cakrawala."
Kidung Senja di Awal Subuh | Rabu, Desember 31, 2008 |
komentar (0)
Filed under:
puisi kejora
|
mata yang lelah mengikuti matahari beranjak
kemana akan terhenti dan di mana akhir sebuah pencapaian?
kaki yang terseok, terantuk dan tersandung bilah-bilah tajam duri
dan nafas...
satu dua desah putus-putus menguap di tengah dingin ......
entah hidup, ataukah matiku telah dimulai sejak kini?
entah jalan di mana dan aka kemana sebuah kisah yang akan aku bawa..
mata tak sempat melihat, mata tak kuasa melihat dan mata tak berani menatap
jauh ...
sebegitu jauh di ujung keterbatasanku
hanya pejam di tengah mimpi
dan kenyataan tak akan aku dapati kembali
mungkin cukup seperti jengah dan hambar tiada warna dan aku akan pergi
ke sebuah ruang yang bisa aku anggap sebagai dunia kecilku
senja tanpa mentari.....
Kejora, 30 December 2008
Matahari dan Kejora | Rabu, Desember 31, 2008 |
Filed under:
puisiberdua
|
aku akan menulis puisi cinta terindah untukmu
tak perlu lagi kau menulis puisi
hadirmu adalah puisi
senyummu pun puisi
apalagi yang harus kau tulis
sedang semua tlah aku ukir?
aku mencatat semua tentangmu di lembar imajiku
dalam nyata aku takkan mampu
dan kau adalah puisi terindah yang tak mampu kutuliskan
setiap detik detak bersamamu adalah bait-bait sajak
aku takkan pernah selesai mengejamu
dari setiap kata yang kauucap
aku menemukan makna yang merangkap-rangkap
seperti halnya aku takkan pernah sempurna mengejamu
selalu saja ada yang luput kuraba
kabut itu demikian pekat. tak sanggup kuurai menjadi cahaya
menerangi seutuh sosokmu apa adanya
maknai aku dengan sederhana
maka kau akan menemukanku seutuhnya
bukan lewat ketinggian
bukan lewat kemegahan
aku hanya sekumpul kesederhanaan
yang tertampung dalam satu rupa
aku mengumpulkan seutas demi seutas
senyum yang berserak di tepian rindu
entah… adakah senyum itu milikmu salah satunya
senyum kerinduan pada sepenggal jiwa yang hilang
pada separuh hati yang pergi
mungkinkah di sini kutemukan setengahku
huruf demi huruf di tanganmu seolah saling menyahut
merangkai ucap laksana firman
yang kan kuhafal sebagai pedoman
hanya sebuah kemungkinan yang terentahkan
kita adalah baris demi baris puisi
terpaut ruang dan waktu imaji
sajak cinta yang paripurna
kebersatuan yg agung
dua garis yang kelak bertemu di penghujung
: di lingkaran itu kita kan bersatu
ruang maya, 30-12-08